Forum Kajian Baiquni Cairo-Mesir
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Forum Kajian Baiquni Cairo-Mesir

Ruang Aspirasi Anggota
 
HomePortalGallerySearchLatest imagesRegisterLog in

 

 Ibnu Tufayl Sang Hakam

Go down 
AuthorMessage
awal muqsith




Number of posts : 28
Registration date : 2007-03-14

Ibnu Tufayl Sang Hakam Empty
PostSubject: Ibnu Tufayl Sang Hakam   Ibnu Tufayl Sang Hakam Icon_minitimeTue Jun 12, 2007 7:24 am

ass.
Apa kabarta semua anggota sudah ujian??? yang belum ma'lesylah!!!Twisted Evil
Saya mo cerita-cerita tentang Ibnu Tufayl, seorang filosof Andalusy yang hidup setelah Ibnu Rusyd. Dia hadir ketika hawa panas perdebatan dua orang mu'min Ibnu Rusyd dan Al-Gazaly (filososof radiyallahu anhuma), masih membahana di dunia Islam waktu itu. Takfir yang dilakukan Al-Gazaly masih menjadi momok bagi para sarjanawan muslim untuk mendalami filsafat. Disamping Ibnu Rusyd yang disebut-sebut sebagai tokoh yang mengeluarkan filsafat dari kerangkeng dan jeratan Al-Gazaly melancarkan serangan dan kritik pedas terhadap rajul mausu'i, Al-Gazaly oleh sebagian orang adalah orang yang pengecut, dia adalah tokoh yang setelah menghujam filasafat hatta hampir membunuhnya, justru melarikan diri dari sengitnya perdebatan, melalui tejun keduni tasawwuf. Poin terakhir ini yang menjadi nilai minus buat sang Imam kita.
Ketika dunia fiilsafat Islam yang begitu kelam (saya menggunakan istilah filsafat Islam, merujuk kepada buku DR.Abdurrahman Badawy, Mazahib al-Islamiyyin) muncullah sang pemikir yang sangat mumtaz dan ra'i ini. Dialah Ibnu Tufayl (radiyallahu anhu). Dia datang mencoba mendamaikan antara kubu Al-Gazaly yang disini mewakili rayah diniyah, dengan Ibnu Rusyd yang membawa rayah falsafiyah, dia mencoba mempersandingkan keduanya ditempat yang satu dengan yang lainnya sejajar.Satu tempat ketika agama memandang falsafat tak perlu dengan tatapan sinis, begitu juga ketika filsafat dan agama berpapasan, sang filosof tak perlu ketakutan dengan ancaman takfirnya.
Ibnu Tufayl mendamaikan mereka dibawah tangan Al-Hayyu bin Yaqazhan. Sebuah kisah fiktif yang dibuat oleh Ibnu Tufayl untuk mendamaikan mereka yang nota bene mendamaikan antara agama dan filsafat.
Al-Hayyu bin Yaqazhan dikisahkan sebagai seorang yang terbuang disebuah pulau sejak dia masih bayi. Tak ada yang menemaninya disana dia menyusu dari seekor rusa, dia menjalani kehidupannya sendiri, dia belajar untuk masak, makan, minum, berpakaian serta menjadi seorang manusia yang sempurna dengan sendiri. Al-Hayyu bin Yaqazhan berusaha menyingkap tabir kehidupan serta, alam setelah kematian dengan sendiri, dia berusaha memikirkan penciptaan langit dengan sendiri, namun ketika dia sadar bahwa dia tidak mampu memikirkan keluasan dan ketakterhinggaan langit itu, dia telah mengetahui bahwa disana ada Tuhan yang menciptakan dirinya serta semesta ini, dia tahu bahwa Tuhan yang menciptkan ini harus disifati dengan sifat dengan sifat yang betu-betul berbeda dengan makhluknya serta Sang Pencipta harus betul maha segala-galanya, namun dia tidak bisa memastikan apakah alam ini telah senantiasa ada bersama tuhan ataukah dia baru dia kandas. Sebab ketika dia meyakini akan kejadian alam yang senatiasa tunduk pada hukum kausalitas pada ujungnya nati dia akan berpendapat bahwa alam ini senantiasa ada;qadim. Namun ketika dia menemukan bahwa kadang ada sebuah perkara yang selamanya tidak mesti tunduk kepada hukum kausalitas, maka dia berpendapat bahwa alam ini baru;hadist. Dia pusing, dia tak dapat menjawabnya, sebagaiman dia tak mampu untuk memastikan bahwa dari mana alam ini diciptakan bahwa alam ini diciptakan dari kekosongan yang mutlak (creatio ex nihilo) atau ada sebuah madah yang senantiasa ada bersama Tuhan? Dia menyerahkan ini pada penciptanya.
Kini dia beranjak kepada dirinya sendiri, ketika dia merasa tak mampu untuk menjawab hal-hal yang melangit. Dia kembali kebumi. Kini dia berusaha menjawab pertanyaan apa yang terjadi ketika dirinya telah meninggal? Dia terilhami ketika rusa yang yang menyusuinya selama ini mati. Dia pun menyelidiki penyebab kematian rusanya itu. Dia tak mendapati apa-apa. Kini dia berpendapat bahwa rusanya meninggal itu sama seperti kejadian alam yang lain. Saat itu dia mulai berpikir apakah ketika dia meninggal akankah berakhir kehidupan ini? ataukah disana ada kehidupan yang lain yang akan memberikan balasan kepada orang yang berbuat baik dan siksaan kepada orang yang berbuat jahat??? Dia berkesimpulan bahwa disana ada kehidupan setelah kehidupan ini...
Setelah dia lama berpikir dan merenung untuk berapa waktu ... Dia merasa bahwa dirinya telah matang untuk meninggalkan pulau itu serta dia bertanggung jawab untuk menyebarkan kebenaran yang diperolehnya itu kepada orang lain. Agar yang lain dapat menikmati dan mencicipi sebuah kebenaran yang hadir dari fitrah manusia yang tulus dan ikhlas untuk mencari sebuah kebenaran. Dia bertekad untuk meninggalkan pulau itu. Setelah lam menunggu kapal yang melintasi pulaunya akhirnya diapun menemukan sebuah kapal yang akan mengantarkan dirinya kepulau seberang. Dia tiba di pulau yang ingin ditujunya. Di pulau itu dia mendengar tentang ajaran seorang Nabi, dia mencari tahu tentang ajaran sang nabi itu. Dia berkenalan dengan dua orang teman barunya, yang kebetulan mereka memeluk ajaran yang disampaikan oleh Sang Nabi tadi. Mereka menyampaikan isi ajaran Nabi mereka kepada Hayyu bin Yaqazhan. Dia terkejut. Dia melihat bahwa ajaran Nabi itu serupa dengan apa yang selama ini didapatkannya. Dia lalu beriman dan meyakini ajaran Nabi tersebut. Setelah ketiganya akrab. Hayyu bin Yaqazhan menceritakan pengalamannya selama ini. Salah satu dari kedua temannya, adalah seorang ahli syariat yang tekstual. Dia bernama Absal, temannya yang satu ini pun marah kepadanya dan menganggap bahwa akal tak mampu menemukan hakikat pencipta kecuali dengan wahyu yang diturunkan oleh Sang Pencipta kepada manusia. Absal pun mengusirnya. Kini dia masih memiliki seorang teman yang masih setia bersama dia , yang bernama Salman. Salman adalah seorang ahli sufi. Setelah lama berdiskusi dengan Salman, Hayyu bin Yaqazhan pun berniat kembali bersama Salman kepulaunya untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan mereka. Dia memang harmonis bersama dan cocok bersama Salman. Niat mereka untuk kembali kepulaunya telah bulat. Ketika hendak meninggalkan pulau itu dia mohon dengan Absal, serta memohon maaf kepadanya beserta ulama yang ada di pulau itu. Dia akhirnya meninggalkan pulau itu bersama Salman, menuju pulau yang yang ditinggalinya selama ini. Dia bersama Salman hendak menghabiskan hidupnya untuk beribadah kepada Tuhan.
Demikian sekelumit kisah Hayyu bin Yaqazhan yang mendapatkan kebenaran sendiri, hidup sendiri, segalanya serba sendiri. Di akhir hidupnya dia mendapatkan teman yang bernama Salman....


Tabe dikritik ki kalo salah
Back to top Go down
awal muqsith




Number of posts : 28
Registration date : 2007-03-14

Ibnu Tufayl Sang Hakam Empty
PostSubject: salahnya   Ibnu Tufayl Sang Hakam Icon_minitimeSun Jul 01, 2007 7:25 pm

ku tunggu2 tidak ada kritik ki, jadi kutulismi kritiknya...
1. Ibnu tufayl hidup setelah Gazhali, Ibnu Bajah, dan seniornya Ibnu Rusyd.
2. dia tidak mendamaikan pendapat antara Ibnu Rusyd dengan Gazhali, tapi antara agama dan filsafat.
lol! lol! lol!
Back to top Go down
 
Ibnu Tufayl Sang Hakam
Back to top 
Page 1 of 1

Permissions in this forum:You cannot reply to topics in this forum
Forum Kajian Baiquni Cairo-Mesir :: Dialog Pemikiran :: Filsafat-
Jump to: